Sidoarjo, 20 Maret 2025 – SMA Pembangunan Jaya Sidoarjo kembali menegaskan komitmennya dalam membentuk karakter siswa yang toleran, inklusif, dan berwawasan global melalui kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam rangka penutupan tema Bhinneka Tunggal Ika, sekolah ini menggelar Religion Fest 2025, sebuah perayaan keberagaman yang dikemas dalam dialog lintas iman dan pertunjukan budaya yang inspiratif.
Bertempat di aula dan halaman sekolah, kegiatan yang berlangsung pada Kamis, 20 Maret 2025 ini melibatkan lebih dari 300 peserta, termasuk siswa, guru, dan tamu undangan. Lima narasumber lintas agama turut hadir untuk berbagi pandangan dan pengalaman: Wasudewa Bhattacarya, S.Ag., M.Hum (Hindu), Davit Anggoro Putra, S.Pd (Katolik), Imam Mukozali, S.Ag., M.M (Islam), Rully Antonius, S.Si., M.M (Kristen), dan Dedy Arianto, S.E (Buddha).
Dalam sesi dialog lintas agama, para narasumber sepakat bahwa pemahaman terhadap keberagaman merupakan kunci utama dalam membangun perdamaian. “Toleransi bukan hanya soal menerima perbedaan, tapi tentang memahami dan menghargainya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Imam Mukozali. Sementara itu, Dedy Arianto menambahkan, “Agama dan budaya adalah dua sisi yang saling melengkapi dalam membentuk karakter bangsa. Kegiatan seperti ini perlu terus dikembangkan.”
Religion Fest menjadi puncak dari rangkaian kegiatan P5 yang telah berlangsung selama beberapa pekan. Sebelumnya, para siswa telah melakukan kunjungan ke lima rumah ibadah—masjid, gereja, pura, vihara, dan klenteng—untuk merasakan langsung atmosfer peribadatan lintas agama. Pengalaman ini tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga menumbuhkan sikap toleransi dan empati dalam kehidupan beragama.
Kegiatan ini juga diwarnai oleh berbagai pertunjukan yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia. Mulai dari hafalan Juz 30, qiroah, saritilawah, hingga sholat tarawih berjamaah. Di sisi lain, tarian tradisional seperti Ratoh Jaroe dan Pendet mengajak penonton untuk merenungi keindahan budaya nusantara. Penampilan vocal group dan banjari menambah semarak suasana, menegaskan semangat kebersamaan yang terbangun di antara para siswa.
Salah satu momen yang paling berkesan adalah kegiatan buka puasa bersama anak-anak yatim. Momen ini menjadi simbol kepedulian sosial yang tumbuh di lingkungan sekolah, sekaligus pengingat bahwa keberagaman bukan hanya untuk dirayakan, tetapi juga dijadikan dasar untuk membangun empati dan solidaritas.
Mengusung tema Cultural Preservation: Engaging Religion, Nurturing Tradition for Global Appreciation, Religion Fest 2025 tidak sekadar menjadi kegiatan seremonial. Ia menjelma menjadi ruang belajar yang hidup, tempat siswa diajak memahami makna keberagaman melalui pengalaman langsung, dialog, dan seni budaya.
“Religion Fest ini menjadi bukti nyata bahwa perbedaan tidak seharusnya memecah belah, melainkan menjadi sumber kekayaan yang memperkaya jiwa dan wawasan anak-anak bangsa,” tutup Wasudewa Bhattacarya.
Dengan antusiasme tinggi dari seluruh peserta, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model pembelajaran berbasis proyek yang mampu membentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter, toleran, dan siap menghadapi tantangan global dengan semangat persatuan.